Wednesday, July 06, 2005

Resensi Buku - Karung Mutiara Al Ghazali

Aku pertama kali membaca tulisan imam Ghazali sekitar 15 tahun, saat aku SMP-SMA. Semuanya bermula dari buku milik Bapakku dengan cover kepala seorang lelaki yang 1/2 gundul dengan jenggot tebal.

Well...10 menit membaca isi buku (lupa judulnya, mesti search lagi nich), kepalaku langsung pening...karena kandungannya yang belum 'nyampe' ke otakku. Meski demikian, bukan berarti aku tidak menyukai tulisan2nya, namun nampaknya aku mesti cari yang kandungannya lebih ringan dan sudah bisa 'dijangkau' otakku. Sejak saat itu, jika ada tulisan yang berkaitan dengan imam Al Ghazali, aku sempatkan diri untuk membaca, meski tulisan yang muncul sekedar cuplikan sebuah artikel di koran atau majalah.

Lambat laun, seiring perkembangan waktu, aku sudah lebih banyak memahami tulisan2 imam Ghazali, meski belum semua karyanya aku baca tapi aku sendiri bisa bayangkan tingkatan filosof dan sufi beliau. Aku sempat berpikir, bagaimana metode yang paling baik untuk menyebarluaskan ilmu dan ajaran imam Ghazali ini, tanpa membuat si pembaca mengernyitkan dahi, memijat kepala dan akhinrya menjadi pusing dibuatnya setelah membaca karya beliau ini.

Tak disangka, tgl 2 Juli lalu, saat ada acara kumpul warga id gmail, seorang temanku (Febz) menyarankan buku ini (Karung Mutiara Al Ghazali). Sebuah buku yang menceritakan/bercerita tentang kisah-kisah yang dimuat buku2 imam Ghazali, namun dengan metode yang sedikit 'nyeleneh', karena menggunakan media komik untuk menyampaikan kandungannya.

Aku cukup membaca 1-2 kisah dari buku ini, sebelum akhirnya memutuskan untuk segera membelinya. So, hari minggu aku langsung hunting di toko buku di Ambassador, dan dengan mudah mendapatkannya. So, tidak butuh waktu lama untuk melalap habis dan mempelajari ilmu dari imam Ghazali, jika dibandingkan dengan buku2nya dengan tebal >=200 halaman, aku melihat buku ini sebagai solusi alternatif utk memudahkan pembaca mempelajari dan memahami pikiran imam Ghazali.

Sebagai contoh, sebuah kisah tentang Nabi Isa as yang memperingati kepada umat manusia tentang bahayanya dunia, disajikan secara apik dan (cenderung) lebih mudah ditelaah. Di kisah lain, ada cerita tentang Umar bin Khatab yang begitu menjaga perutnya dari makanan haram, dst...dst..:)

Terlepas dari kemudahan penyampaian pokok pikiran imam Ghazali, masih ada beberapa hal yang menjadi pikiranku berkaitan dengan penerbitan buku 'komik' imam Ghazali ini:
1. Hukum menggambar nabi. Beberapa imam TIDAK MENGIJINKAN SAMA SEKALI menggambar nabi (tidak saja nabi Muhammad SAW). Namun ada juga imam yang membolehkan. Perbedaan pendapat ini pada intinya dimaksudkan
agar jangan sampai umat Islam MENYEMBAH sosok nabi yang digambar tersebut.
2. Penggunaan bahasa. Di 'komik' ini digunakan beberapa istilah 'prokem' seperti Ke'o (istilah lain dari oke), kemudian dialek Madura utk hamba sahaya, lalu ada kata 'komisi', dst dst. Hmmmm...yang terpikir olehku, apakah DIBOLEHKAN 'modernisasi' kata2 dakwah? Menurut pandanganku, ini bisa menjadi 2 sisi mata pedang. Di satu sisi bisa menarik kaum muda utk mempelajari, karena 'kedekatan' culture metode dakwah dengan bahasa mereka sehari-hari. Di sisi lain, (ini sih cenderung ekstrim dan ketakutanku saja) mereka jadi lebih senang menggunakan bahasa yang 'DITAKUTKAN' akan melunturkan nilai dakwah. Sebagai solusi, aku berharap modernisasi ini boleh diperkenalkan, namun jika telah melangkah ke pendalaman materi, hendaknya modernisasi ini diiringi dengan istilah2 dakwah yang 'sesungguhnya' (bahasa Al Qur'an), dengan adanya pembimbing (da'i/ulama senior).
3. Seberapa efektif metode ini dalam meningkatkan kegairahan kaum muda utk belajar ilmu agama, jika dibandingkan dengan metode konvensional (pesantren)? Mesti dilakukan survei serius mengenai hal ini.

Akhir kata, silakan beli buku ini, dan mulailah membaca, merenung, memahami, dan menerapkan (dalam kehidupan sehari-hari) setiap moral+hikmah yang terkandung dari tiap kisah. Semoga menjadikan qt menjadi muslim/ah yang lebih baik kualitasnya:)

2 comments:

Anonymous said...

jika ingin pemahaman lengkap tentang al Ghazali, baca dan pelajarilah Ihya Ulumudin, disitulah semua pikiran al Ghazali ditumpahkan. saran saya, carilah orang yang memahami buku tersebut, belajar tanpa bimbingan seorang guru/orang yang lebih ahli bisa menghasilkan pemahaman yang keliru. semoga Allah senantiasa menuntun kita untuk tetap dijalannya.

habib said...

seharusnya anda memperluas pengetahuan anda dengan memperbanyak membaca, membaca buku maupun keadaan sekitar,tnks