Seminggu terakhir ini, kita sering membaca berita yang berkaitan dengan Ahmadiyah, terutama karena adanya penyerangan terhadap kampus Ahmadiyah yang terletak di jalan raya Parung Jampang Desa Pondok Udik, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Penyerangan dilakukan oleh orang2 berpakaian putih dengan mengatas namakan ormas2 Islam. Banyak reaksi yang bermunculan setelah aksi penyerangan ini. Komnas HAM + kroninya ikut berkomentar dan mengutuk tindak kekerasan ini.
Bahkan, teman kantorku yang non muslim sempat berkomentar dengan sinis. "Yang diserang ALLOHU AKBAR, yang nyerang ALLOHU AKBAR juga. Opo Gusti ora bingung?" Sial...:(
Aku akan memandang kasus ini dari 2 hal terpisah. Secara hukum dan akidah (Islam).
Secara hukum, Ahmadiyah memang mempunyai legitimasi. Organisasi mereka terdaftar secara resmi, bahkan ada AD/ART, sekolah, koperasi. Ahmadiyah di luar negeri bahkan sudah menyiarkan televisi kabel sebagai sarana dakwah mereka. Aku yang awam hukum juga akan mengatakan bahwa penyerangan yang mereka terima adalah PELANGGARAN HUKUM...!!
Apalagi penyerangan ini dilakukan juga oleh sesama muslim. Ya ALLOH, Islam adalah agama rahmatan lil 'alamin. Tidak sepantasnya kita merusak benda-benda milik orang lain, dengan dalih apapun. Saat anda melakukan tindak kekerasan kepada orang lain (dan barang miliknya), saat itu juga gelar Rahmatan lil 'Alamin akan hilang dari pandangan penghuni alam semesta ini.
Oleh karena itu, aku SETUJU jika para pelaku pengrusakan tersebut diajukan ke pengadilan dengan tuduhan melakukan tindak kriminal, dst dst, sebagaimana diatur dalam hukum di Indonesia.
Well...tinjauan dari sisi hukum nampaknya sudah cukup ;-)
Kini kita beralih ke tinjauan dari AKIDAH.
Banyak orang yang menganggap Ahmadiyah adalah ajaran Islam. Benar, Ahmadiyah berdasar Islam...namun AKIDAHNYA MENYIMPANG. Benar, Ahmadiyah mengakui ALLOH SWT dan Muhammad Rasulullah SAW...namun mereka juga mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi. Benar, Ahmadiyah juga sholat 5 waktu...namun mereka hanya mau sholat di tempat2 tertentu (masjid mereka) dan oleh imam2 sholat dari kalangan mereka (selain dari itu, mereka tidak anggap sah sholat yang mereka lakukan). Benar, Ahmadiyah bershodaqoh, berhaji, dst dst...namun mereka menganggap KAFIR orang2 Islam di luar jemaah mereka.
Sejarah Ahmadiyah sendiri tidak terlepas dari campur tangan pemerintah Inggris untuk menundukkan kaum muslim dan menguasai daerah India (Kashmir?). Perlawanan sengit yang dilakukan oleh kaum muslim bisa disetarakan dengan perlawanan rakyat Aceh melawan penjajah Belanda. Sama halnya dengan Belanda, Inggris menggunakan cara 'musuh dalam selimut' (baca: non kekerasan) untuk menaklukkan kaum muslim.
Dengan berbagai tipu daya serta usaha, pemerintah Inggris berhasil 'MENCIPTAKAN' seorang nabi dengan embel2 Islam. Dialah Mirza Ghulam Ahmad. Kucuran dana yang melimpah dikeluarkan pemerintah Inggris demi menyukseskan program mereka ini. Dibuatlah berbagai tipu daya, seperti bla blabla (cari rujukan bukunya), sehingga dalam kurun waktu yang singkat, terkumpullah pengikut Ahmadiyah yang cukup banyak di India. Kemunculan nabi 'baru' ini memicu keresahan, dan akibatnya India (Kashmir) bisa jatuh ke tangan Inggris dengan relatif lebih mudah dari sebelumnya.
Mirza Ghulam Ahmad sendiri menyebarkan Ahmadiyah dimulai dari tanah kelahirannya di Qadian, Punjab pada tahun 1889. Dasar rujukan yang digunakan oleh Mirza Ghulam Ahmad adalah 4 jilid buku berjudul Barahin-i Ahmadiyah (Bukti-bukti Ahmadiyah). Sejak saat itu, penyebaran Ahmadiyah berlangsung dengan cepat. Berbagai metode mereka gunakan: pertemuan umum, debat penerbitan buku, jurnal, koran, dan media2 lainnya.
Keistimewaan/kelebihan (insya ALLOH ini adalah istidraj) dari Ahmadiyah memiliki kemiripan dengan paham Syiah. Mereka banyak menggunakan nalar dalam melakukan pendekatan, membongkar tradisi2 lama yang selama ini telah dijadika acuan. Bagi kalangan muda, hal ini menarik, karena otak, fikiran dan akal mereka serasa mendapat tantangan, dan mereka bisa mengembangkan diri (baik personality maupun tatanan sosial). Tidak heran, jika peraih nobel Fisika dari kalangan muslim, Prof Abdus Salam, adalah seorang Ahmadiyah. Tidak mengherankan pula, jika pemikir2 Islam muda di Indonesia sekarang banyak dikuasai oleh orang2 aliran Syiah.
Aku sendiri lebih toleran kepada aliran Syiah dibandingkan Ahmadiyah, karena pada banyak hal Syiah ~ Islam (meski ada juga Syiah aliran keras yang, menurutku, sudah keluar dari jalur Islam. Mungkin akan dibahas di lain waktu) dibandingkan Ahmadiyah yang jelas2 sudah keluar dari rel Islam.
Oke, mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa aku begitu ekstrim keras kepada Ahmadiyah? Well, ini semua tidak terlepas dari klaim Mirza Ghulam Ahmad bahwa dia adalah NABI TERAKHIR dari kalangan Islam. Tafsiran yang dia gunakan adalah surat Al Ahzab (QS 33) ayat 40, yang terjemahannya,"Muhammad itu bukanlah bapak dari salah seorang kamu, tetapi sesungguhnya itu adalah seorang utusan ALLOH dan penutup segala nabi".
Suatu hal yang sangat menggelikan bukan? Menggunakan referensi orang lain utk mengklaim kebenaran yang dia bawa:D Mirza Ghulam Ahmad sendiri juga berpendapat bahwa dirinya adalah nabi utusan ALLOH SWT yang bergelar al mahdi dan al masih (gelar yang diberikan kepada nabi Isa a.s.). Jelas-jelas ini BERTENTANGAN SEKALI dengan akidah Islam..!! Oleh karenanya tidak ada ampun bagi Ahmadiyah, selain diberlakukan larangan ajarannya...!! Di Malaysia, Singapura dan negara2 lain, Ahmadiyah ~ ajaran yang dikucilkan. Mereka dilarang untuk mengembangkan diri, sama halnya dengan Darul Arqam di Malaysia.
Aku sendiri mempunyai dugaan adanya ketidak sinkronan pejabat Indonesia dalam pemberlakuan larangan Ahmadiyah karena sistem politik Orba yang cenderung memelihara konflik di kalangan Islam, agar mereka (kaum Islam) tidak ada waktu utk ikut berorganisasi dan ikut dalam pemerintahan. Karena pada tahun 80an, MUI (didukung oleh organisasi Islam dunia) sudah jelas sekali MELARANG ajaran Ahmadiyah di wilayah Indonesia. Namun, entah bagaimana ceritanya, kok masih bergentayangan dan banyak 'memakan korban' (fyi, di ITB sendiri sudah cukup banyak para pengikut Ahmadiyah dan Syiah)
Pada perjalanannya, Ahmadiyah terbagi menjadi 2 kelompok:
1. Ahmadiyah Qadian (yang lebih dominan). Aliran ini menjadikan dan meyakini Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi utusan ALLOH SWT yang bergelar al mahdi dan al masih, serta beranggapan orang Islam yang bukan pengikut Ahmadiyah = kafir.
2. Ahmadiyah Lahore. Aliran ini lebih 'moderate', karena tetap mengakui Muhammad Rasulullah SAW sebagai nabi terakhir, 'hanya' meyakini Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi tanpa wahyu yang mereka simbolkan sebagai mujaddid (pembaharu), dalam rangka meluruskan kembali ajaran Islam yang telah banyak menyimpang (versi mereka lhooo..)
So, apapun pernyataan dan bukti yang kaum Ahmadiyah tunjukkan sebagai bukti keislaman mereka, itu semua pada dasarnya hanya dalih agar mereka tetap bisa exist. Karena dari keyakinan mereka saja, mereka tidak termasuk gerakan Islam dan tidak layak disebut Muslim.
Artikel terkait bisa dilihat di
sini.
Situs Ahmadiyah bisa dilihat di
sini.
Berita lain ttg kebohongan Ahmadiyah bisa dilihat di
sini.