Tuesday, June 28, 2005

(dari sebuah milis) Tuhan Kok Dilapori

Tulisan ini ingin menyorot kebiasaan cara kita do'a. Banyak orang berdo'a 'seperti “laporan” kepada Allah. Seperti apa doa laporan? Coba simak kalimat berikut ini, “Ya Allah, hari ini tanggal 2 April 2005 kami hadir di Alun‑alun ini dalam rangka mengikuti Upacara HUT Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke 58.” Atau, dengan doa “Ya Allah, hari ini kami hadir di pendopo, untuk mengikuti acara serah terima jabatan eselon III. Sekitar 20 orang melakukan serahterima jabatan ini, dan disaksikan oleh sekitar 200 orang karyawan kantor Pemerintah Daerah. Maka,..” Dst.

Setelah “laporan” biasanya disambung dengan do'a memohon ampun kepada Tuhan, dan sederet permohonan lain, Ini terkesan lucu, masak Allah dilapori. Wong manusia melakukan apa saja atas pertolongan Allah. Allah mengetahui apa yang kita lakukan, dan yang kita rencanakan sehingga tidak perlu dilapori. Terus terang, terhadap do'a yang model begini, hati ini enggan mengamini. Apanya yang diamini wong isinya laporan hal‑hal yang sudah jelas. Untuk mengamininya malu kepada Tuhan, sebaiknya hilangkan laporan dalam do'a. Langsung to the point aja, Kata ulama sufi, ada doa panjang tetapi sedikit dikabulkan, dan ada kalanya doa pendek tetapi permintaannya dikabulkan semua Nah, pilih yang mana?

Rasulullah saw menegaskan, Ad do'au muhul 'ibadah (Doa itu otaknya ibadah), Perbanyak do'a agar kita dapat pahala. Hamba yang enggan berdo'a, di hatinya ada kesombongan. Allah tidak cinta kepada orang yang sombong. Mengapa kita mesti berdo’a. Bukankah Allah maha mengetahui setiap gerak‑gerik hati kita sehingga tanpa berdo’a pun Allah sudah mengerti. Bahkan, gerak‑geriknya hati itu atas kehendak Allah juga, Jangankan berdo'a, melamun atau menghayal saja Allah sudah mengerti. Hayalan dan angan‑angan yang muncul itu pun dimunculkan oleh Allah juga. Maka, Allah mengerti semua lamunan dan hayalan kita. Tapi itu kan lamunan dan hayalan, bukan do'a. Do'a artinya meminta, karenanya harus jelas apa saja yang kita minta kepada Allah, bukan hanya dibayangkan. Dan berdo'a itu juga perintah Allah. “U'uuni astajib lakum.” artinya, Mintalah kepadaKu, akan Kukabulkan permintaanmu.

Ada penelitian, Bahwa do’a yang kita lakukan 80% isinya ditujukan untuk kepentingan dirinya sendiri, Banyak orang lupa mendo’akan orang lain. Orang bijak adalah orang yang diam‑diam tanpa sepengetahuan orang lain mendo’akan orang yang pernah mendolimi dirinya agar menjadi orang baik. Nah, bisakah kita mendo’akan orang yang pernah menyakiti hati kita agar diampuni dosanya oleh Allah? Agama memberi inf! ormasi bahwa ada sejumlah orang yang do’anya mustajabah. Yaitu, orang tua untuk anaknya. Orang teraniaya, orang berpuasa, dan doanya musafir. Selain itu, ada waktu‑waktu tertentu yang do'anya mudah dikabulkan Allah. Yaitu saat orang lain tidur nyenyak (tengah malam), saat akan berbuka puasa, di antara dua khutbah (saat khotib duduk), dan sebagainya. Tentu saja, do'a yang dikabulkan adalah do'a yang masuk akal. Yang penting kita biasakan dalam berdo'a benar-benar optimis, suaranya merendah, dan dilakukan dengan tulus.

(Fahmi: hwaduh, urusan tatacara doa yang berbeda saja kok dipermasalahkan. pantas saja umat Islam sulit sekali maju, lha wong masih ngurus kaya ginian...*sigh*)

1 comment:

doni said...

kalo begitu kasih contoh dong mas, kalimat do'a yang baik menurut mas, dalam acara kegiatan serahterimajabatan